sunni
vs wahabi.
Kisah
diskusi seorang Sunni dg Salafi Wahabi...
Pada suatu malam, tepatnya malam rabu, saya (Sunni)
berdiskusi dengan teman chating yang berpaham salafi, yaitu dia menganggap bahwa mencium tangan disaat berjabat
tangan itu tidak ada landasannya.
Saya:”Kenapa anda menentang praktik cium tangan disaat
bersalaman?”
Dia:”Iya, karena itu tidak ada tuntunannya !!
Dia:”Iya, karena itu tidak ada tuntunannya !!
Saya:”Lah,
maksudnya tuntunannya siapa mas?”
Dia:”Ya
nabi kita Muhammad dong !!Saya:”Kok bisa begitu? Inikan bukan ibadah?Bukan lagi
masalah agama?”
Dia:”Iya,
tapi ngapain hingga mencium tangan seperti itu segala?”
Saya:”Mas..
kami melakukan ini sebagai bentuk penghormatan… saya kira ini masalah
akhlakul karimah?”
Dia:”Kalau anda menganggap ini termasuk akhlakul karimah, maka anda harus meniru orang yang akhlaknya paling mulia dimuka bumi ini, yaitu Nabi Muhammad !!
Dia:”Kalau anda menganggap ini termasuk akhlakul karimah, maka anda harus meniru orang yang akhlaknya paling mulia dimuka bumi ini, yaitu Nabi Muhammad !!
Terus
terang, penjelasan dia yang ini, bikin aku tambah bingung dan tambah
tersudut.Sehingga memaksa saya saat itu, mencari dan membuka kitab kitab hadits, guna untuk
mencari referensi
CIUM TANGAN SAAT BERJABAT TANGAN.
CIUM TANGAN SAAT BERJABAT TANGAN.
Lanjutannya…
Saya:”Ok… ini mas saya menemukan sebuah hadits yang berhubungan dengan masalah ini,
Saya:”Ok… ini mas saya menemukan sebuah hadits yang berhubungan dengan masalah ini,
itu: Cerita
Ibnu Umar bersama sahabat yang lain, mereka mencium tangan Nabi?”
Dia:”Yang
ceritanya mereka lari dari peperangan itukah?
INILAH
HADITS yang saya maksud itu:
ﻋﻦ ﺍﺑﻦ ﻋﻤﺮ ﺭﺿﻲ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻨﻬﻤﺎ ﺃﻧﻪ ﻛﺎﻥ ﻓﻲ ﺳﺮﻳﺔ ﻣﻦ ﺳﺮﺍﻳﺎ
ﺭﺳﻮﻝ ﺍﻟﻠﻪ ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ ﻗﺎﻝ:
ﻓﺤﺎﺹ ﺍﻟﻨﺎﺱ
ﺣﻴﺼﺔ،
ﻓﻜﻨﺖ ﻓﻲ ﻣﻦ ﺣﺎﺹ… ﻗﺎﻝ: ﻓﺠﻠﺴﻨﺎ ﻟﺮﺳﻮﻝ ﺍﻟﻠﻪ ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ ﻗﺒﻞ ﺻﻼﺓ ﺍﻟﻔﺠﺮ، ﻓﻠﻤﺎ ﺧﺮﺝ ﻗﻤﻨﺎ ﺇﻟﻴﻪ ﻓﻘﻠﻨﺎ: ﻧﺤﻦ ﺍﻟﻔﺮﺍﺭﻭﻥ؛ ﻓﺄﻗﺒﻞ ﺇﻟﻴﻨﺎ ﻓﻘﺎﻝ: “ﻻ ﺑﻞ ﺃﻧﺘﻢ ﺍﻟﻌﻜﺎﺭﻭﻥ” ﻗﺎﻝ: ﻓﺪﻧﻮﻧﺎ ﻓﻘﺒﻠﻨﺎ ﻳﺪﻩ .
Dari Ibnu Umar ra. Dia bercerita disaat dia menjadi salah satu pasukan infantri Rasulullah saw. Dia menuturkan:” Pada suatu hari kami berada dalam suatu pertempuran. Orang orang pada berlari menjauh dari peperangan tersebut karena mengalami keadaan yang delematis dan saya termasuk dari mereka itu. Kemudian dia melanjutkan ceritanya:”Kemudian kami semua akhirnya duduk untuk menghadap kepada baginda Rasulullah saw menjelang shalat subuh. Lalu keluarlah Rasul hendak menunaikan shalat subuhnya, maka kami berdiri dan kami berkata:” :”Kami orang orang yang lari (dari peperangan)pent. Kemudian nabi menghampiri kami seraya berkata:”Tidak !! tapi kalian adalah orang orang yang mundur/lari, tapi untuk bergabung dengan yang lain (siasat perang-pent).
Ibnu Umar ra berkata:”Maka kami langsung mendekati beliau lalu kami mencium tangannya.
Saya:”Iya mas… bagaimana tuh?” saya kira ini sudah jelas?”
Dia:” Hadis diatas diriwayatkan oleh Abi Dawud (2647) Imam Tirmidzi (1716) Imam Ahmad (2/70), Imam Baihaqi (9/73)
Hadits ini lemah mas !! coba anda lihat dalam kitab “DHOIF ABI DAWUD” milik syekh AlBani.
Saya:”Tapi hadits lemah khan boleh diamalkan?” setahu saya begitu…
Dia:”Iya, tapi tidak bisa anda buat landasan hokum atau hujjah !!
Saya:”Lemahnya hadits ini terletak pada apanya mas?”
Dia:”Barangkali dari rawinya mas, anda cek aja langsung dalam kitabnya syekh Albani tsb. Kok repot !!
Saya:”Lantas bagaimana dengan hadits Tsabit yang mencium tangan sahabat Anas bin malik?”
bukankah ini cukup untuk menjadi tendensi sebuah respek seorang Tabi’in terhadap sahabat Nabi?”
INILAH HADITS yang saya maksud itu:
ﻓﻜﻨﺖ ﻓﻲ ﻣﻦ ﺣﺎﺹ… ﻗﺎﻝ: ﻓﺠﻠﺴﻨﺎ ﻟﺮﺳﻮﻝ ﺍﻟﻠﻪ ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ ﻗﺒﻞ ﺻﻼﺓ ﺍﻟﻔﺠﺮ، ﻓﻠﻤﺎ ﺧﺮﺝ ﻗﻤﻨﺎ ﺇﻟﻴﻪ ﻓﻘﻠﻨﺎ: ﻧﺤﻦ ﺍﻟﻔﺮﺍﺭﻭﻥ؛ ﻓﺄﻗﺒﻞ ﺇﻟﻴﻨﺎ ﻓﻘﺎﻝ: “ﻻ ﺑﻞ ﺃﻧﺘﻢ ﺍﻟﻌﻜﺎﺭﻭﻥ” ﻗﺎﻝ: ﻓﺪﻧﻮﻧﺎ ﻓﻘﺒﻠﻨﺎ ﻳﺪﻩ .
Dari Ibnu Umar ra. Dia bercerita disaat dia menjadi salah satu pasukan infantri Rasulullah saw. Dia menuturkan:” Pada suatu hari kami berada dalam suatu pertempuran. Orang orang pada berlari menjauh dari peperangan tersebut karena mengalami keadaan yang delematis dan saya termasuk dari mereka itu. Kemudian dia melanjutkan ceritanya:”Kemudian kami semua akhirnya duduk untuk menghadap kepada baginda Rasulullah saw menjelang shalat subuh. Lalu keluarlah Rasul hendak menunaikan shalat subuhnya, maka kami berdiri dan kami berkata:” :”Kami orang orang yang lari (dari peperangan)pent. Kemudian nabi menghampiri kami seraya berkata:”Tidak !! tapi kalian adalah orang orang yang mundur/lari, tapi untuk bergabung dengan yang lain (siasat perang-pent).
Ibnu Umar ra berkata:”Maka kami langsung mendekati beliau lalu kami mencium tangannya.
Saya:”Iya mas… bagaimana tuh?” saya kira ini sudah jelas?”
Dia:” Hadis diatas diriwayatkan oleh Abi Dawud (2647) Imam Tirmidzi (1716) Imam Ahmad (2/70), Imam Baihaqi (9/73)
Hadits ini lemah mas !! coba anda lihat dalam kitab “DHOIF ABI DAWUD” milik syekh AlBani.
Saya:”Tapi hadits lemah khan boleh diamalkan?” setahu saya begitu…
Dia:”Iya, tapi tidak bisa anda buat landasan hokum atau hujjah !!
Saya:”Lemahnya hadits ini terletak pada apanya mas?”
Dia:”Barangkali dari rawinya mas, anda cek aja langsung dalam kitabnya syekh Albani tsb. Kok repot !!
Saya:”Lantas bagaimana dengan hadits Tsabit yang mencium tangan sahabat Anas bin malik?”
bukankah ini cukup untuk menjadi tendensi sebuah respek seorang Tabi’in terhadap sahabat Nabi?”
INILAH HADITS yang saya maksud itu:
ﺣﺪﺛﻨﺎ ﺍﺑﻦ ﻋﻴﻴﻨﺔ ﻋﻦ ﺍﺑﻦ ﺟﺪﻋﺎﻥ ﻗﺎﻝ ﺛﺎﺑﺖ ﻷﻧﺲ: ﺃﻣﺴﺴﺖ ﺍﻟﻨﺒﻲ ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ
ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ ﺑﻴﺪﻙ؟ ﻗﺎﻝ: ﻧﻌﻢ, ﻓﻘﺒﻠﻬﺎ
Ibnu Uyaynah bercerita dari Ibnu Jad’aan: Tsabit bertanya
kepada Anas bin malik ra: ”Apakah anda pernah menyentuh Rasulullah saw dengan
tangan anda?’Anas ra menjawab:”Ya!Maka si Tsabit langsung mencium tangannya.
Dia:”Itu diriwayatkan oleh imam Ahmad dan itu derajatnya hadits dhoif juga mas !!
Saya:”Tapi hadits tersebut juga diriwayatkan oleh imam Bukhari dalam kitab Adabul ufradnya…
Dia:”Iya saya tahu, dalam kitab Bukhari yang berjudul Adabul Mufrad ada juga haditsnya yang dhoif, jadi hadits yang anda kemukakan itu statusnya lemah mas… coba anda lihat dalam kitab
“DHO’IFU ADABUL MUFRAD hlm.973 karya syekh Albani.
Dia:”Itu diriwayatkan oleh imam Ahmad dan itu derajatnya hadits dhoif juga mas !!
Saya:”Tapi hadits tersebut juga diriwayatkan oleh imam Bukhari dalam kitab Adabul ufradnya…
Dia:”Iya saya tahu, dalam kitab Bukhari yang berjudul Adabul Mufrad ada juga haditsnya yang dhoif, jadi hadits yang anda kemukakan itu statusnya lemah mas… coba anda lihat dalam kitab
“DHO’IFU ADABUL MUFRAD hlm.973 karya syekh Albani.
Ini
saya lihat langsung dari kitabnya.. jika berkenan, datang kemari mas…
hahahaha.. Semua dalil saya, dia mentahkan dengan dalih di dhoifkan
oleh syekh Albani. Berarti saya harus menemukan hadits nabi yang tidak di
dhoifkan oleh syekh Albani. Akhirnya jerih payah upayaku ini berhasil…
Saya:”Mas ini saya menemukan hadits pamungkasku, mohon dibaca dengan teliti dan seksama: (saya ketik duluan lalu saya copas)
ﺣﺪﺛﻨﺎ ﺑﻦ ﺃﺑﻲ ﻣﺮﻳﻢ ﻗﺎﻝ ﺣﺪﺛﻨﺎ ﻋﻄﺎﻑ ﺑﻦ ﺧﺎﻟﺪ ﻗﺎﻝ ﺣﺪﺛﻨﻲ ﻋﺒﺪ ﺍﻟﺮﺣﻤﻦ ﺑﻦ ﺭﺯﻳﻦ ﻗﺎﻝ ﻣﺮﺭﻧﺎ ﺑﺎﻟﺮﺑﺬﺓ ﻓﻘﻴﻞ ﻟﻨﺎ ﻫﺎ ﻫﻨﺎ ﺳﻠﻤﺔ ﺑﻦ ﺍﻷﻛﻮﻉ ﻓﺄﺗﻴﺘﻪ ﻓﺴﻠﻤﻨﺎ ﻋﻠﻴﻪ ﻓﺄﺧﺮﺝ ﻳﺪﻳﻪ ﻓﻘﺎﻝ ﺑﺎﻳﻌﺖ ﺑﻬﺎﺗﻴﻦ ﻧﺒﻲ ﺍﻟﻠﻪ ﺻﺼﺺ ﻓﺄﺧﺮﺝ ﻛﻔﺎ ﻟﻪ ﺿﺨﻤﺔ ﻛﺄﻧﻬﺎ ﻛﻒ ﺑﻌﻴﺮ ﻓﻘﻤﻨﺎ ﺇﻟﻴﻬﺎ ﻓﻘﺒﻠﻨﺎﻫﺎ….. ﺣﺴﻨﻪ ﺍﻻﻟﺒﺎﻧﻲ
“Abdurrahman bin Razin bercerita: Kami berjalan jalan di daerah Ribdzah kemudian ada yang mengatakan kepada kami: Disini Salmah bin Al Akwa’ tinggal (sahabat nabi)pent.
Kemudian saya mendatangi beliau. Saya mengucapkan salam kepadanya. Dia mengeluarkan tangannya seraya berkata:”Saya pernah berbai’at kepada Nabi dengan kedua tangan saya ini.
Lantas dia mengulurkan telapak tangannya yang besar seakan akan seperti telapaknya unta, maka kami langsung berdiri meraih telapak tangan beliau kamudian kami menciumnya.
Saya:”Gimana mas?” Bukankah ini telah disebutkan oleh ibnu hajar dalam Fathul Barinya engan mengakatan bahwa hadits ini “Hasan”.
Dia:”Maaf, anda mengambil dari mana hadits tersebut?”
Saya:”Lha khan sudah saya bilang mas… coba anda cek kitab Fathul Bari milik ibnu hajar. Tepatnya juz 11 hlm.57.
Dia:”Yang lain aja mas… dari kitab hadits apa gitu !!
Saya:”Hahahaha.. tidak punya kitab Fathul Bari ya mas?”
Dia:”Sekali lagi saya tanyakan, kalau tidak dijawab, akan ku hentikan diskusi ini !!
Saya:”Wah… kok emosi gitu mas… sudahlah… apakah komentar derajat “HASAN” dalam hadits tersebut dari ibnu hajar masih belum bisa anda terima?”
Dia:”Sudahlah… ada di kitab hadits mana hadits tersebut????
Saya:”Baiklah… coba anda buka kitab ADABUL MUFRAD hadits nomor 973.
Dia:”Yaahhh… kitab Adabul Mufrad lagi…. Khan sudah saya bilang, meski itu karangannya imam Bukhari tapi tidak sama dengan kitab SHOHIH nya mas… jangan jangan nanti dhoif lagi !! hahaha..
Saya:”Mas…. Jangan ngomong terus dong… cepat lihat sana !!
Dia:”Iya… ini sudah bisa aku temukan….
Saya:”Bagaimana?” apa komentar syekh Albani mengenai hadits tersebut?” katanya anda tadi punya kitab seleksi hadits Adabul Mufrad milik syekh Albani…?
Saya:”Mas ini saya menemukan hadits pamungkasku, mohon dibaca dengan teliti dan seksama: (saya ketik duluan lalu saya copas)
ﺣﺪﺛﻨﺎ ﺑﻦ ﺃﺑﻲ ﻣﺮﻳﻢ ﻗﺎﻝ ﺣﺪﺛﻨﺎ ﻋﻄﺎﻑ ﺑﻦ ﺧﺎﻟﺪ ﻗﺎﻝ ﺣﺪﺛﻨﻲ ﻋﺒﺪ ﺍﻟﺮﺣﻤﻦ ﺑﻦ ﺭﺯﻳﻦ ﻗﺎﻝ ﻣﺮﺭﻧﺎ ﺑﺎﻟﺮﺑﺬﺓ ﻓﻘﻴﻞ ﻟﻨﺎ ﻫﺎ ﻫﻨﺎ ﺳﻠﻤﺔ ﺑﻦ ﺍﻷﻛﻮﻉ ﻓﺄﺗﻴﺘﻪ ﻓﺴﻠﻤﻨﺎ ﻋﻠﻴﻪ ﻓﺄﺧﺮﺝ ﻳﺪﻳﻪ ﻓﻘﺎﻝ ﺑﺎﻳﻌﺖ ﺑﻬﺎﺗﻴﻦ ﻧﺒﻲ ﺍﻟﻠﻪ ﺻﺼﺺ ﻓﺄﺧﺮﺝ ﻛﻔﺎ ﻟﻪ ﺿﺨﻤﺔ ﻛﺄﻧﻬﺎ ﻛﻒ ﺑﻌﻴﺮ ﻓﻘﻤﻨﺎ ﺇﻟﻴﻬﺎ ﻓﻘﺒﻠﻨﺎﻫﺎ….. ﺣﺴﻨﻪ ﺍﻻﻟﺒﺎﻧﻲ
“Abdurrahman bin Razin bercerita: Kami berjalan jalan di daerah Ribdzah kemudian ada yang mengatakan kepada kami: Disini Salmah bin Al Akwa’ tinggal (sahabat nabi)pent.
Kemudian saya mendatangi beliau. Saya mengucapkan salam kepadanya. Dia mengeluarkan tangannya seraya berkata:”Saya pernah berbai’at kepada Nabi dengan kedua tangan saya ini.
Lantas dia mengulurkan telapak tangannya yang besar seakan akan seperti telapaknya unta, maka kami langsung berdiri meraih telapak tangan beliau kamudian kami menciumnya.
Saya:”Gimana mas?” Bukankah ini telah disebutkan oleh ibnu hajar dalam Fathul Barinya engan mengakatan bahwa hadits ini “Hasan”.
Dia:”Maaf, anda mengambil dari mana hadits tersebut?”
Saya:”Lha khan sudah saya bilang mas… coba anda cek kitab Fathul Bari milik ibnu hajar. Tepatnya juz 11 hlm.57.
Dia:”Yang lain aja mas… dari kitab hadits apa gitu !!
Saya:”Hahahaha.. tidak punya kitab Fathul Bari ya mas?”
Dia:”Sekali lagi saya tanyakan, kalau tidak dijawab, akan ku hentikan diskusi ini !!
Saya:”Wah… kok emosi gitu mas… sudahlah… apakah komentar derajat “HASAN” dalam hadits tersebut dari ibnu hajar masih belum bisa anda terima?”
Dia:”Sudahlah… ada di kitab hadits mana hadits tersebut????
Saya:”Baiklah… coba anda buka kitab ADABUL MUFRAD hadits nomor 973.
Dia:”Yaahhh… kitab Adabul Mufrad lagi…. Khan sudah saya bilang, meski itu karangannya imam Bukhari tapi tidak sama dengan kitab SHOHIH nya mas… jangan jangan nanti dhoif lagi !! hahaha..
Saya:”Mas…. Jangan ngomong terus dong… cepat lihat sana !!
Dia:”Iya… ini sudah bisa aku temukan….
Saya:”Bagaimana?” apa komentar syekh Albani mengenai hadits tersebut?” katanya anda tadi punya kitab seleksi hadits Adabul Mufrad milik syekh Albani…?
Dia:”Iya…
beliau mengatakan hadits ini berderajat “HASAN”
Saya:’Hahahahha.. gimana mas, puaskah??? Masihkan anda berkomentar? Atau mau meremehkan?” berarti hadits tersebut tidak dhoif khan?”
Dia:”Iya…
Saya:”Hahahaha… saya kira diskusi kita ini selesai mas… Namun jika anda masih kurang puas dengan ini semua, anda tidak suka fenomena cium tangan dalam masyarakat kita, atau anda tidak suka dicium tangannya oleh orang lain, ya sudah…
cukup anda diam… jangan menyalahkan mereka, bahkan jangan hingga membid’ahkan kami yang melakukan itu… Saya kira ini adalah sifat dan sikap terpuji anda dan golongan anda !!
Dan ternyata cium tangan saat berjabatan itu ada tuntunannya !!
Dia:”Iya… Assalamu’alaikum…
Saya:”Lho kok??? Wa’alaikumussalam… :)
Saya:’Hahahahha.. gimana mas, puaskah??? Masihkan anda berkomentar? Atau mau meremehkan?” berarti hadits tersebut tidak dhoif khan?”
Dia:”Iya…
Saya:”Hahahaha… saya kira diskusi kita ini selesai mas… Namun jika anda masih kurang puas dengan ini semua, anda tidak suka fenomena cium tangan dalam masyarakat kita, atau anda tidak suka dicium tangannya oleh orang lain, ya sudah…
cukup anda diam… jangan menyalahkan mereka, bahkan jangan hingga membid’ahkan kami yang melakukan itu… Saya kira ini adalah sifat dan sikap terpuji anda dan golongan anda !!
Dan ternyata cium tangan saat berjabatan itu ada tuntunannya !!
Dia:”Iya… Assalamu’alaikum…
Saya:”Lho kok??? Wa’alaikumussalam… :)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar