Selasa, 30 Juli 2013

Mengucapkan Selamat (Tahniah) Pada Hari Raya


Mengucapkan selamat hari raya telah menjadi tradisi bagi umat Islam, tidak hanya di Indonesia tapi juga di seluruh dunia. Diantara mereka ada yang mengucapkan “Ied Mubarak”, “Ied Sa’id”, “Taqabbalallahu Minna wa Minkum (تقبل الله منا ومنكم)”, “Allahummaj-‘alna Minal ‘Aidiin wa Faiziin” dan lain sebagainya.
 Kebiasaan ini merupakan tradisi yang sangat baik, selain termasuk perkataan yang memang mengandung kebaikan bahkan do’a, juga dapat menyenangkan hati saudara muslim lainnya, bentuk penghormatan, sehingga dapat tercipta shilah (hubungan) kekasih sayang sesama umat Islam. Didalam al-Qur’an maupun hadits disebutkan bahwa setiap ucapan baik merupakan bagian dari shadaqah, anjuran berkata yang baik dan semacamnya.

كُلُّ كَلِمَةٍ طَيْبَةٍ صَدَقَةٌ
“Setiap kalimat yang baik merupakan shadaqah” (HR. Imam Bukhari didalam Al Adabul Mufrad)
 Allah Subhanahu wa Ta’alaa pun berfirman didalam Al-Qur’an 
أَلَمْ تَرَ كَيْفَ ضَرَبَ اللَّهُ مَثَلًا كَلِمَةً طَيِّبَةً كَشَجَرَةٍ طَيِّبَةٍ أَصْلُهَا ثَابِتٌ وَفَرْعُهَا فِي السَّمَاءِ. تُؤْتِي أُكُلَهَا كُلَّ حِينٍ بِإِذْنِ رَبِّهَا وَيَضْرِبُ اللَّهُ الْأَمْثَالَ لِلنَّاسِ لَعَلَّهُمْ يَتَذَكَّرُونَ
“Tidakkah kamu perhatikan bagaimana Allah telah membuat perumpamaan kalimat yang baik seperti pohon yang baik, akarnya teguh dan cabangnya (menjulang) ke langit, pohon itu memberikan buahnya pada setiap musim dengan seizin Tuhannya. Allah membuat perumpamaan-perumpamaan itu untuk manusia supaya mereka selalu ingat.” (QS. Ibrahim 24 dan 25)

مَن كَانَ يُرِيدُ الْعِزَّةَ فَلِلَّهِ الْعِزَّةُ جَمِيعاً إِلَيْهِ يَصْعَدُ الْكَلِمُ الطَّيِّبُ وَالْعَمَلُ الصَّالِحُ يَرْفَعُهُ وَالَّذِينَ يَمْكُرُونَ السَّيِّئَاتِ لَهُمْ عَذَابٌ شَدِيدٌ وَمَكْرُ أُوْلَئِكَ هُوَ يَبُورُ
“Barangsiapa yang menghendaki kemuliaan, maka bagi Allah-lah kemuliaan itu semuanya. Kepada-Nyalah naik perkataan-perkataan yang baik dan amal yang saleh dinaikkan-Nya. Dan orang-orang yang merencanakan kejahatan bagi mereka azab yang keras. Dan rencana jahat mereka akan hancur”. (QS. Fathir 35 : 10)

Ucapan-ucapan selamat hari raya merupakan bagian dari kalimat yang baik, yang memang wajar di ucapkan oleh seorang Muslim. Baginya akan mendapat pahala disisi Allah dan dicatat oleh para malaikat Allah sebagai kebaikan. Akal sehat pun tentunya tidak menolak hal ini. 

Ketika seorang muslim mengucapkan hal tersebut, maka sesungguhnya ia telah memberikan sebuah ucapan penghormatan dan do’a kepada muslim lainnya, ini merupakan perbuatan yang mulya, sehingga sebagai seorang muslim yang baik maka haruslah membalasnya. 

Adapun mengenai redaksi ucapan selamat (tahni’ah) hari raya, boleh dengan apa saja asalkan memang itu baik, seperti ‘Ied Mubarak, ‘Ied Sa’id, Taqabbalallahu Minna wa Minkum (Minka), Ahalahullahu Alayka, dan lain sebagainya, sebab itu juga termasuk do’a.

Imam Zakariya Al Anshori mengatakan didalam kitabnya Asnal Mathalib : “Al-Qamuliy berkata : aku tidak melihat adanya perbincangan dari salah seorang ashhab kami mengenai ucapan selamat (tahni’ah) untuk hari raya, ucapan selamat untuk tahun dan bulan tertentu, sebagaimana yang terbiasa dilakukan oleh masyarakat, tetapi di naql dari Al Hafidz Al Mundziri dari Al Hafidz Al Maqdisi bahwa ia menjawab tentang hal itu sebab masyarakat selalu berbeda-beda mengucapkan hal tersebut dan aku memandangnya adalah mubah, tidak sunnah dan tidak bid’ah. Selesai. Dan mengenai hal ini, Syaikh kami seorang hafidz dimasanya, Ibnu Hajar, setelah menela’ah persoalan tersebut ia berkomentar bahwa tahni’ah itu disyariatkan, dan memberikan hujjah untuk hal itu, sebab Imam Al Baihaqi membuat satu bab untuk hal itu (dalam kitab As-Sunanul Kubro), berjudul “Maa Ruwiya fiy Qauli Al-Naasi Yaumal ‘Ied Ba’dluhum li-Ba’dlin : Taqabbalallahu Minna wa Minka” dan kemudian membawakan hadits-hadits dan atsar yang dloif, tetapi kumpulan semua riwayat tersebut dapat dijadikan hujjah untuk hal semacam itu, kemudian ia berkata, dan juga berhujjah dengan keumuman tahni’ah (ucapan selamat) ketika mendapatkan berita yang nikmat (menggembirakan) atau terhindari dari keburukan dengan disyariatkannya sujud syukur serta ta’ziyah (menghibur), serta (berhujjah) dengan apa yang diriwayatkan didalam Al Shohihain (Shahih Bukhari dan Muslim) dari Ka’ab bin Malik mengenai kisah taubatnya tatkala ia ketinggalan mengikuti perang Tabuk, dan ketika ia bergembira karena taubatnya diterima, ia datang kepada Nabi Shallallahu ‘alayhi wa Sallam, kemudian sahabat Thalhah bin Ubaidillah berdiri seraya mengucapkan tahni’ah (selamat) kepadanya”.

Hal ini juga disebutkan oleh Imam Ramli rahimahullah didalam Nihayatul Muhtaj, beliau mengatakan “wa Mimma Yata’llaqu bi-Hadzal Bab Al-Tahni’ah bil-‘Ied (diantara yang berhubungan dengan bab ini adalah ucapan selamat hari raya)” kemudian beliau menyebutkan sebagaimana diatas. Kemudian Syaikh Al-Syibramalisiy didalam Hasyiyahnya mengatakan : “{Perkataan mushannif : Taqabbalallahu Minna wa Minka} yaitu seumpama ucapan-ucapan yang seperti itu yang memang sudah menjadi tradisi didalam mengucapkan selamat (tahni’ah), termasuk juga mushafahah (saling berjabat tangan). Dan diambil pengertian dari ucapan mushannif {Fiy Yaumil ‘Ied / Pada Hari Raya} bahwa tidak anjurkan pada hari-hari tasyriq dan hari-hari lainnya setelah ‘Idul Fitri, tetapi telah menjadi tradisi masyarakat mengucapkan selamat (tahni’ah) pada hari-hari tersebut (setelah ‘Idul Fithri), dan tidak dilarang dari melakukan hal itu, sebab maksud dari hal tersebut adalah memperlihatkan cinta / kasih sayang serta menampakkan kebahagiaan. Dan juga diambil pengertian bahwa waktu tahni’ah adalah ketika telah masuk Fajar, bukan pada malam ‘Ied, berbeda halnya dengan sebagian komentar-komentar lainnya”.

Mengenai Kalimat / Ucapan “Minal ‘Aidiin wal Faiziin”.

Biasanya, sebagian orang hanya mengucapkan “Minal ‘Aidiin wal Faiziin” dan dilanjutkan dengan “Mohon Maaf Lahir Bathin”. Adapun sebenarnya kalimat “Minal ‘Aidiin wal Faiziin” ada kelengkapannya yaitu bisa seperti berikut

اللّهُمَّ اجْعَلْنَا مِنَ العَائِديْنَ والْفَائِزِيْن
Allahummaj-‘alnaa Minal ‘Aidiin wal Faiziin (“Ya Allah, jadikanlah kami termasuk orang-orang yang kembali –suci- dan orang-orang yang beruntung”)

Atau seperti berikut

جَعَلَنَا اللهُ وَإِيَّاكُمْ مِنَ الْعَائِدِيْنَ والْفَائِزِيْنَ
Ja’alanallahu wa Iyyakum minal ‘Aidiin wal Faiziin (“Semoga Allah menjadikan kita dan kalian semua termasuk orang-orang yang kembali –suci- dan orang-orang yang beruntung”).

Atau kalimat-kalimat rangkaian do’a lainnya. Sebab kalimat tersebut adalah do’a, sehingga penulisan dan pengucapannya hendaknya tetap dijaga.


Tidak ada komentar: