Mengucapkan selamat
hari raya telah menjadi tradisi bagi umat Islam, tidak hanya di Indonesia tapi
juga di seluruh dunia. Diantara mereka ada yang mengucapkan “Ied Mubarak”, “Ied
Sa’id”, “Taqabbalallahu Minna wa Minkum (تقبل الله منا
ومنكم)”, “Allahummaj-‘alna
Minal ‘Aidiin wa Faiziin” dan lain sebagainya.
Kebiasaan ini merupakan tradisi yang sangat baik,
selain termasuk perkataan yang memang mengandung kebaikan bahkan do’a, juga
dapat menyenangkan hati saudara muslim lainnya, bentuk penghormatan, sehingga
dapat tercipta shilah (hubungan) kekasih sayang sesama umat Islam. Didalam al-Qur’an maupun hadits disebutkan bahwa setiap
ucapan baik merupakan bagian dari shadaqah, anjuran berkata yang baik dan
semacamnya.
كُلُّ كَلِمَةٍ طَيْبَةٍ صَدَقَةٌ
“Setiap kalimat yang baik merupakan
shadaqah” (HR. Imam Bukhari didalam Al Adabul Mufrad)
Allah Subhanahu wa Ta’alaa pun berfirman didalam
Al-Qur’an
أَلَمْ تَرَ كَيْفَ ضَرَبَ اللَّهُ
مَثَلًا كَلِمَةً طَيِّبَةً كَشَجَرَةٍ طَيِّبَةٍ أَصْلُهَا ثَابِتٌ وَفَرْعُهَا
فِي السَّمَاءِ. تُؤْتِي أُكُلَهَا كُلَّ حِينٍ بِإِذْنِ رَبِّهَا وَيَضْرِبُ
اللَّهُ الْأَمْثَالَ لِلنَّاسِ لَعَلَّهُمْ يَتَذَكَّرُونَ
“Tidakkah kamu perhatikan bagaimana
Allah telah membuat perumpamaan kalimat yang baik seperti pohon yang baik,
akarnya teguh dan cabangnya (menjulang) ke langit, pohon itu memberikan buahnya
pada setiap musim dengan seizin Tuhannya. Allah membuat perumpamaan-perumpamaan
itu untuk manusia supaya mereka selalu ingat.” (QS. Ibrahim 24 dan 25)
مَن كَانَ يُرِيدُ الْعِزَّةَ
فَلِلَّهِ الْعِزَّةُ جَمِيعاً إِلَيْهِ يَصْعَدُ الْكَلِمُ الطَّيِّبُ
وَالْعَمَلُ الصَّالِحُ يَرْفَعُهُ وَالَّذِينَ يَمْكُرُونَ السَّيِّئَاتِ لَهُمْ
عَذَابٌ شَدِيدٌ وَمَكْرُ أُوْلَئِكَ هُوَ يَبُورُ
“Barangsiapa yang menghendaki kemuliaan,
maka bagi Allah-lah kemuliaan itu semuanya. Kepada-Nyalah naik
perkataan-perkataan yang baik dan amal yang saleh dinaikkan-Nya. Dan
orang-orang yang merencanakan kejahatan bagi mereka azab yang keras. Dan
rencana jahat mereka akan hancur”. (QS. Fathir 35 : 10)
Ucapan-ucapan selamat hari raya
merupakan bagian dari kalimat yang baik, yang memang wajar di ucapkan oleh
seorang Muslim. Baginya akan mendapat pahala disisi Allah dan dicatat oleh para
malaikat Allah sebagai kebaikan. Akal sehat pun tentunya tidak menolak hal
ini.
Ketika seorang muslim mengucapkan
hal tersebut, maka sesungguhnya ia telah memberikan sebuah ucapan penghormatan
dan do’a kepada muslim lainnya, ini merupakan perbuatan yang mulya, sehingga
sebagai seorang muslim yang baik maka haruslah membalasnya.
Adapun mengenai redaksi ucapan
selamat (tahni’ah) hari raya, boleh dengan apa saja asalkan memang itu baik,
seperti ‘Ied Mubarak, ‘Ied Sa’id, Taqabbalallahu Minna wa Minkum (Minka),
Ahalahullahu Alayka, dan lain sebagainya, sebab itu juga termasuk do’a.
Imam Zakariya Al Anshori mengatakan
didalam kitabnya Asnal Mathalib : “Al-Qamuliy berkata : aku tidak melihat
adanya perbincangan dari salah seorang ashhab kami mengenai ucapan selamat
(tahni’ah) untuk hari raya, ucapan selamat untuk tahun dan bulan tertentu,
sebagaimana yang terbiasa dilakukan oleh masyarakat, tetapi di naql dari Al
Hafidz Al Mundziri dari Al Hafidz Al Maqdisi bahwa ia menjawab tentang hal itu
sebab masyarakat selalu berbeda-beda mengucapkan hal tersebut dan aku
memandangnya adalah mubah, tidak sunnah dan tidak bid’ah. Selesai. Dan mengenai
hal ini, Syaikh kami seorang hafidz dimasanya, Ibnu Hajar, setelah menela’ah
persoalan tersebut ia berkomentar bahwa tahni’ah itu disyariatkan, dan
memberikan hujjah untuk hal itu, sebab Imam Al Baihaqi membuat satu bab untuk
hal itu (dalam kitab As-Sunanul Kubro), berjudul “Maa Ruwiya fiy Qauli Al-Naasi
Yaumal ‘Ied Ba’dluhum li-Ba’dlin : Taqabbalallahu Minna wa Minka” dan kemudian
membawakan hadits-hadits dan atsar yang dloif, tetapi kumpulan semua riwayat
tersebut dapat dijadikan hujjah untuk hal semacam itu, kemudian ia berkata, dan
juga berhujjah dengan keumuman tahni’ah (ucapan selamat) ketika mendapatkan
berita yang nikmat (menggembirakan) atau terhindari dari keburukan dengan
disyariatkannya sujud syukur serta ta’ziyah (menghibur), serta (berhujjah)
dengan apa yang diriwayatkan didalam Al Shohihain (Shahih Bukhari dan Muslim)
dari Ka’ab bin Malik mengenai kisah taubatnya tatkala ia ketinggalan mengikuti
perang Tabuk, dan ketika ia bergembira karena taubatnya diterima, ia datang
kepada Nabi Shallallahu ‘alayhi wa Sallam, kemudian sahabat Thalhah bin
Ubaidillah berdiri seraya mengucapkan tahni’ah (selamat) kepadanya”.
Hal ini juga disebutkan oleh Imam
Ramli rahimahullah didalam Nihayatul Muhtaj, beliau mengatakan “wa Mimma
Yata’llaqu bi-Hadzal Bab Al-Tahni’ah bil-‘Ied (diantara yang berhubungan dengan
bab ini adalah ucapan selamat hari raya)” kemudian beliau menyebutkan
sebagaimana diatas. Kemudian Syaikh Al-Syibramalisiy didalam Hasyiyahnya
mengatakan : “{Perkataan mushannif : Taqabbalallahu Minna wa Minka} yaitu
seumpama ucapan-ucapan yang seperti itu yang memang sudah menjadi tradisi
didalam mengucapkan selamat (tahni’ah), termasuk juga mushafahah (saling
berjabat tangan). Dan diambil pengertian dari ucapan mushannif {Fiy Yaumil ‘Ied
/ Pada Hari Raya} bahwa tidak anjurkan pada hari-hari tasyriq dan hari-hari
lainnya setelah ‘Idul Fitri, tetapi telah menjadi tradisi masyarakat
mengucapkan selamat (tahni’ah) pada hari-hari tersebut (setelah ‘Idul Fithri),
dan tidak dilarang dari melakukan hal itu, sebab maksud dari hal tersebut
adalah memperlihatkan cinta / kasih sayang serta menampakkan kebahagiaan. Dan
juga diambil pengertian bahwa waktu tahni’ah adalah ketika telah masuk Fajar,
bukan pada malam ‘Ied, berbeda halnya dengan sebagian komentar-komentar
lainnya”.
Mengenai Kalimat / Ucapan “Minal
‘Aidiin wal Faiziin”.
Biasanya, sebagian orang hanya
mengucapkan “Minal ‘Aidiin wal Faiziin” dan dilanjutkan dengan “Mohon Maaf
Lahir Bathin”. Adapun sebenarnya kalimat “Minal ‘Aidiin wal Faiziin” ada
kelengkapannya yaitu bisa seperti berikut
اللّهُمَّ اجْعَلْنَا مِنَ
العَائِديْنَ والْفَائِزِيْن
Allahummaj-‘alnaa Minal ‘Aidiin wal
Faiziin (“Ya Allah, jadikanlah kami termasuk orang-orang yang kembali –suci-
dan orang-orang yang beruntung”)
Atau seperti berikut
جَعَلَنَا اللهُ وَإِيَّاكُمْ مِنَ
الْعَائِدِيْنَ والْفَائِزِيْنَ
Ja’alanallahu wa Iyyakum minal
‘Aidiin wal Faiziin (“Semoga Allah menjadikan kita dan kalian semua termasuk
orang-orang yang kembali –suci- dan orang-orang yang beruntung”).
Atau kalimat-kalimat rangkaian do’a
lainnya. Sebab kalimat tersebut adalah do’a, sehingga penulisan dan pengucapannya
hendaknya tetap dijaga.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar